Yayasan Masyarakat Pecinta Sejarah dan Budaya Gresik (MATASEGER) bersama Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra Balai Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Menyelenggarakan Workshop Penulisan Buku Lagi-lagi Sang Gresik Bercerita (LLSGB), sabtu (20/07) bertempat di Aula Gedung Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gresik.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Mataseger, Kris Adji AW menandaskan bahwa buku Lagi-lagi Sang Gresik Bercerita ini adalah tirlogi ketiga dari buku Sang Gresik Bercerita. “Buku pertama berjudul Sang Gresik Bercerita (SGB). Buku kedua berjudul Sang Gresik Bercerita Lagi (SGBL). Dan ini nanti adalah buku ketiga, Lagi-lagi Sang Gresik Bercerita (LSGB). Walaupun demikian komitmen Mataseger untuk melestarikan seni dan budaya melalui literasi tidak akan berhenti. Kami akan terus membuat buku-buku berikutnya.” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gresik, bapak Budi Raharjo, SH, M.Sos. dalam keynote speaker nya memberikan semangat kepada para penulis. “Jangan takut menulis. Walaupun ada AI, tulisan saudara tetap lebih baik karena memiliki rasa.” tandasnya.
Workshop penulisan ini sendiri menghadirkan 3 pembicara yakni Henri Nurcahyo yang mengupas tentang penelitian dan penggalian data, Eryani Widyastuti membahas tentang Teknis penulisan dan Mardi Luhung dengan fokus materi menghidupkan Bahasa Gresikan dalam tulisan.
“Ibarat kanvas bagi pelukis yang bisa di lukis apapun, buku bagi penulis pun bisa ditulis apapun terserah penulisnya. Namun perlu di ingat, yang kita tulis ini nanti adalah budaya tutur yang tentunya harus memiliki nara sumber dari peristiwa atau apa yang kita tulis nanti.” ujar Hendri Nurcahyo.
Sementara Eryani Widyastuti mengatakan bahwa teknis penulisan cerita dalam buku ini nanti disesuaikan dengan apa yang ditulis. Bisa narasi, deskripsi atau apapun teknis penulisannya, yang penting sesuai dengan apa yang ditulis. “Semisal cerita tentang bangunan peninggalan masa lalu tentu berbeda dengan cerita tentang kuliner atau cerita lainnya. Jadi tergantung dari sisi mana kita bercerita dan dari sudut pandang apa kita bercerita.” ujar ibu yang biasa di panggil mbak Wiwid ini.
Terakhir Mardi Luhung memungkasi bahwa Bahasa Gresikan yang nanti akan dipakai dalam penulisan buku ini akan memperagam khasanah Bahasa yang ada. “Kamus Bahasa Gresikan ada di buku kedua, Sang Gresik Bercerita Lagi (LSGB) namun tidak menutup kemungkinan ada kosakata baru dari Bahasa Gresikan yang belum ada bisa dimasukkan. Itu juga nantinya akan menambah khasanah Bahasa Gresikan yang sudah ada.” terang penyair Angkatan 2000 ini.
Kegiatan workshop ini juga didukung penuh oleh media Wong Gresik dan Dewan Kebudayaan Gresik (DKG).